My Love Life

Journey to find a life

Kehidupanku mulai berubah ketika aku menemukan makna hidup yang sejati. 

Menikah. Ya.. jalan keluar yang pasti mendapatkan ridho Alloh SWT. Kewajiban setiap muslim adalah membina keluarga (pada waktunya). Yakinlah tak ada orang yang ditakdirkan hidup sebatang kara. Ibarat kata pepatah," Bis aja gandengan, masa kamu tidak". Bagi sebagian orang mungkin ungkapan itu menyebalkan, kepo! Namun lebih menyakitkan lagi ketika sudah memasuki usia matang untuk menikah dan mendapatkan pertanyaan, "Kapan nikah?"

"Yakin lu mau nikah ama gua? Gua cerewet loh".

Perjalanan saya berakhir (in sha Alloh) pada wanita luar biasa ini.

Yak..memang kata orang jodoh itu deket sama kita, cuman kita aja yang ga nyadar. Menurut sebuah survei menyebutkan bahwa pasangan yang akhirnya menikah itu merupakan hasil dari sebuah pertemanan sekitar 10 -15 tahun sebelumnya. Pertemanan berarti membangun jaringan. Menjalin pertemanan yang baik bisa menjadi sebuah sarana terbaik dalam menyeleksi siapa kelak yang akan menjadi pasangan hidup kelak. Tentunya membangun pertemanan dengan semangat yang positif. Bukan mencari teman di tempat yang penuh maksiat. Hal yang sama persis terjadi kepada saya. Saya memilih dia yang sebelumnya adalah teman saya sendiri ketika duduk di bangku kuliah.

Jodoh itu gak jauh, dia ada di sampingmu
Di kampus Fakultas Ilmu Komunikasi inilah saya bertemu dengannya 16 tahun silam. Kampus yang penuh dengan dinamika kehidupan.


. "Semacam ada perasaan yang aneh, kita kan temenan". Tuturnya kepada saya. Setelah menyatakan niat mulia untuk menikahinya , saya diminta untuk menunggu beberapa waktu. 

Love will find the way.. me and her at Baron beach, Yogyakarta.

Setelah menunggu kurang lebih 3 minggu akhirnya ia memberikan jawaban. Deg-degan, jantung berdebar kuat menanti sepatah dua patah kata yang sangat penting dari bibirnya yang anggun. " Baiklah aku menerima ajakanmu, aku mau menikah denganmu." tukasnya di sebuah warung sate ayam tak jauh dari rumahnya di kawasan Jakarta Timur. Memang saya tak melalui proses yang namanya pacaran sebelumnya. Dia menuturkan bahwa dia sudah kenal betul dengan tabiat dan kelakuan saya demikian juga sebaliknya. Tepatnya di bulan Maret 2011 saya menjajaki sebuah nafas baru yang saya impikan. 


Tak lama waktu berselang akhirnya kami pun mempertemukan dua buah keluarga yang berasal dari berbeda budaya, saya dari Sumatera barat sedangkan ia dari Jawa. Berdasarkan hasil musyawarah keluarga besar diputuskanlah hari "H" pada tanggal 22 Oktober 2011.

Kami pun resmi menikah
Kami melangsungkan pernikahan dengan dua adat yang berbeda. Yakni secara adat Jawa Sunda dan Adat Minangkabau.

Setelah melangsungkan acara pernikahan rasanya semua penantian itu terbayar. Walau ada kekurangan di sana sini, ya wajarlah yang penting niat mulia itu terbayarkan dengan tunai. 

Sangat berbeda sekali kehidupan berumah tangga itu masa lajang. Biasanya saya makan tak terjadwal, rumah tak terurus sekarang jadi tertata dengan baik. Berkat istri saya rmah serasa menjadi surga dunia. Kami menempati sebuah rumah di kaasan Ciledug. Rumah yang tak terlalu luas ini memiliki nafas segar, visi yang optimis dan bermandikan asmara. Karena kami hanya berdua, jadi ya indehoooooiii terus. 

Anugerah pernikahan di bulan ke tiga. Alhamdulillah....

Berkat rahmat Alloh SWT yang dicurahkan kepada kami, akhirnya pada bulan ke tiga pernikahan kami mendapatkan pertanda Alloh SWT menghembuskan nafas baru di dalam kandungan istri saya. Memang pada waktu itu kami berniat untuk segera memiliki keturunan yang segera mengisi ruang-ruang bermain di rumah kecil kami. 

Perjuangan untuk mendapatkan amanah Ilahi ternyata tak semulus yang kami bayangkan. Rencana untuk melahirkan secara normal ternyata kandas. Pembukaan rahim istri saya mengalami kendala. Pembukaan hanya mampu sampai di pembukaan 5. Hampir 24 jam istri saya menahan rasa sakit kontraksi yang timbul sekitar 10 menit sekali. Belum lagi tambahan induksi guna mempercepat pembukaan tak membuahkan hasil. 

" Pak, terjadi kebocoran ketuban yang bisa meracuni bayi", tukas salah suster kebidanan di RS Santo Boromeus Bandung.

Panik ! itulah yang saya alami. Seorang diri di rumah sakit menghadapi kenyataan yang tak tahu harus menyikapinya. Untunglah Dokter kandungan Prof. Sofie berhasil dihubungi dan menyarankan segera untuk Melakukan operasi SC pada malam itu. Sekitar pukul 23.10 WIB istri tercinta langsung ditindak. Sayang sekali saya tak diperkenankan masuk menemaninya di ruang operasi.

Pada tanggal 9-9-2012
Lahirlah anak kami yang pertama

" Sreeetttt...." bunyi roda inkubator sejurus kemudian dilarikan dengan sangat tergesa-gesa oleh dua orang suster. Tak lama kemudian seorang suster dengan nafas setengah ngos-ngosan menghampiri saya dan menyodorkan lembar persetujuan tindakan NICU. 

" Selamat pak, anak bapak telah lahir dengan selamat. Berat 3.1 kilogram, panjang 50 cm. Namun ada kendala, anak Bapak paru-parunya terendam cairan ketuban, nanti ada dokter spesialis anak untuk di konsultasikan", ungkap suster Santo Boromeus. 

Ujian pertama menjadi seorang ayah ternyata harus di awali dengan kondisi yang dramatis. Istri saya masih belum sadar akibat obat bius operasi. Dalam keadaan bergumam istri saya menanyakan keadaan bayi nya. "Dimana Abam?"

Saya ceritakan kepadanya bahwa Abam sedang dirawat di ruang NICU. Keesokan harinya dengan mata setengah terkantuk, saya segera menuju ruang perawatan bayi. Mengambil air wudhu, lantas kaki segera melangkah menuju inkubator anak saya. Saya meminta izin kepada perawat untuk mengadzani anak saya. Perawat mempersilahkan saya untuk membuka kotak inkubator di bagian kanan dan kiri.

Adzzan dan ikhomah berkumandang di telinga mungil itu. Perasaan gembira bercampur sedih menjadi satu. Air mata sempat jatuh menetes di lantai ruang perawatan itu. 

Menurut perawat biasanya kasus semacam ini akan di rawat sekitar 8 hari. Setelah itu akan diperbolehkan pulang. Benar saja selama kurang lebih seminggu saya harus mengantarkan ASI perahan untuknya. Untunglah ia tidak mengalami kendala mengkonsumsi ASI tersebut. 

Setelah berusia 3 bulan, Akikah pun ditunaikan. Dua ekor kambing jantan di korbankan mengikuti sunah Rasullulloh

Dalam budaya Minang, Akikah juga menjadi ajang pemberian hadiah untuk sang bayi. Biasanya berupa emas atau perhiasan yang bernilai tinggi. Tujuannya agar kelak 
perhiasan tersebut bisa didaya gunakan untuk modal kehidupan mereka.

Hari demi hari kami lalui bersama. Sebuah keluarga kecil yang kami impikan mulai menunjukkan geliatnya. Nadi kehidupan kembali berdenyut. Tangis dan tawa bayi mengisi setiap sudut rumah. Bahagia rasanya, walau masih ada kekurangan disana sini namun kami tetap optimis. Orang bilang menikah dan memiliki anak di kala belum terlalu mapan secara finansial itu bagus untuk mendidik anak agar ia kelak menghargai makna kehidupan yang hakiki.



Menyenangkan. Menghabiskan waktu bersama istri dan anak saya. Setiap waktu menjadi kenangan emas yang tercatat dalam sejarah.


Waktu terus bergulir, dan pada usia 10 bulan, Alloh SWT kembali meniupkan amanah di dalam rahim istri saya.

" Dua Strip lagi ", tutur istri saya setelah melakukan uji kehamilan menggunakan test pack. Positif ! Dag..dig..dig dueerrr... Alhamdulillah. Selama 9 bulan 10 hari istri saya mengandung sambil menyusui anak pertama. Walau kata orang itu berbahaya, namun berkat rahkmat Alloh SWT istri saya berhasil melalui itu semua. 

Ma sha Alloh..sungguh besar nikmat-Mu ya Rabb..

Melalui proses SC yang melelahkan, Kiko lahir ke dunia ini pada tanggal 30 April 2014

Rejeki.. itu kata orang kalau mendapatkan momongan baru. Ternyata memang betul, sejak anak pertama dan kedua kami lahir banyak sekali rejeki yang menghampiri kami. Diantaranya saya pada dua tahun ini selalu memperoleh penghargaan di kompetisi fotografi antar jurnalis Indonesia. Mendapatkan promosi mengikuti kompetisi best employee di kantor saya Gramedia Majalah sebanyak dua kali.

Rumah bertambah ramai. Tangisan dan tawa bertambah kencang. Keributan kecil acapkali terjadi antar dua anak ini. Masalahnya sepele, yakni rebutan mainan. namun walau sering ribut mereka ini tampak kompak dan menyayangi.



Inilah jalanku..yang di ridhoi Alloh SWT.
In Sha Alloh..

Family portrait