Terus Berputar

Menggali Perut Jakarta

Wajar jika orang mengira pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, berjalan lambat. Anggapan itu tidak salah, karena mereka hanya melihat yang tampak di lokasi proyek.

Padahal jika masuk ke dalam tanah, kita bisa menyaksikan empat bor raksasa yang terus bekerja menggali tanah.

Antareja namanya. Mesin bor berdiameter 6,7 m ini mampu menggali sejauh 8 m setiap hari. Antareja, nama yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo ini sesungguhnya bukan sekadar nama, melainkan juga harapan. Dalam pewayangan, tokoh Antareja merupakan anak dari Bima yang mampu ambles (menembus) bumi dengan mudah.

Sejak mesin berbobot 323 ton ini beroperasi pertama kali 21 September 2015, maka sejak itu pula para pekerja memulai bekerja sepanjang waktu di bawah tanah. Tentu bukan hal mudah, mengingat suhu udara di lorong tersebut bisa mencapai 50° C. Pasokan udara pun tidak sebanyak di permukaan. Bunyi yang ditimbulkan ditambah decitan lokomotif yang rutin mengangkut materi sisa pengeboran juga sangat mengganggu konsentrasi bagi banyak orang yang tidak tahan.

Berada di dalam terowongan MRT ini kita seperti berada di dunia dalam ukuran kecil. Sebab, kita juga akan menjumpai beberapa pekerja asing, seperti pekerja dari Jepang. Maka tak heran jika bahasa yang digunakan adalah Inggris dan Jepang, selain Indonesia.

Tertarik menyaksikan kesibukan di bawah tanah ini? Masyarakat umum juga bisa melihatnya langsung, setiap Kamis pukul 09.00-12.00 dengan mengajukan permohonan minimal 10 hari sebelumnya.


Hikmatullah, sekretaris perusahaan PT MRT Jakarta mengatakan, tujuan kunjungan adalah bentuk transfer ilmu pengetahuan. Tentu saja ada pendampingan dari petugas, demi keselamatan pengunjung.


Tiga orang petugas asal Indonesia berjalan mengecheck persiapan pengukuran sudut di dalam lorong bawah tanah.

Petugas bawah tanah bekerja sama dengan petugas yang berada di permukaan dalam mendistribusikan kebutuhan pembangunan.
Rambu keselamatan diletakan pada setiap sudut area pembangunan di bawah tanah.